Matahari

1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
2. dan bulan apabila mengiringinya,
3. dan siang apabila menampakkannya,
4. dan malam apabila menutupinya
5. dan langit serta pembinaannya,
6. dan bumi serta penghamparannya,
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
(matarhari 1-10)

Kamis, 28 Juni 2012

Naik naik ke puncak Tower Crane

Asalamualaikum.. !!! *Abnon style* hehe... Gw kenalin dulu ya siapa yang di samping gw ini.
Namanya Pak Yudi,MK-management Konstruksi- project selama pekerjaan berlangsung. hari ini kami berencana untuk menaklukan tower crane yang ad di belakang kami. hmm... kira-kira tingginya 30 meter. TC ini tergolong pendek sebenarnya,di tempat lain bahkan ad yang sampe 40m,50m, bahkan melebihi ini, tergantung dengan kebutuhan pekerjaan. tapi its ok, I will... I'm ready... Oiya, TC ini di buat di atas pondasi yang sudah di beton. agar tidak jungkit, biasanya berat pondasi harus 2 kali berat TC (itungan gampangnya sih) kakinya hanya di angkur dengan baut besar di setiap sudutnya yg berbentuk square dan tiangnya di buat dari rangka baja/besi circle yang di design sekaku mungkin agar pada saat operasional tidak bergerak sudut-sudutnya. Nah TC ini juga di lengkapi dengan lengan nya yang kira2 panjangnya mencapai 40 m dan mampu mengangkat beban maksimal 6 ton, serta mampu berputar 360 drajat. Nah itu sekilas tetang Tc... Mari kemon kita mulai petualangan menaklukkan TC.. cekidot...!!!! Super duper pede banget deh gw melangkah... pas pegangan tiang pertama buat naik tangga, langsung mikir-mikir lagi, hehhe... gemeteran juga yaah.. *ngomong dalam hati* tapi tetep cool soalnya ad pak Yudi.. heheh.. Duluan melangkah, sampai di bordes pertama, lanjut, bordes kedua, ketiga, dan ditengah-tengah perjalanan pendakian *cee'ilee* mulailah goyah semuanya, banyak banget cobaan, pusiing, pengen pipis, gemeteran, huaaa... pas ngeliat ke bawah malah tambah pusiing, tp tambah pede tingginya nambah *ada kemajuan gitu*. sementara pak Yudi cuma berenti di bordes 3, sambil poto-poto kondisi dibawhnya. " ini nanggung, selesaikan atau maluuu...!!!" hahahhaa.. cuma buat semangatin diri aja.. lanjuuut....! finnaly, Im in the peak tower... wooow.. its beautifull landscape.. i can see everything.. waaah lelah dan keringat terbayar sudah.. bisa kontrol progres kerjaan juga dari sini..walau gitu, anginya lumayan kenceng juga, mau gk mau towernya juga bergerak-gerak, bikin puyeng nih kepala...
1 jam gw di atas crane, lumayan bisa tau cara-cara operasional nya.. dan ternyata banyak juga cerita2 mistisnya.. hehhe... udah bosen, langsung tancap kebawah deh.. eeiitsss... pasti nanyain pak Yudi yaa? pak Yudi gak jadi naik, udah pusing duluan, jadi skrng dia udah duluan di bawah... hehehe.. **** ternyata ada banyak pelajaran looh yang bisa gw ambil. pertama sebenarnya mereka yang mampu berdiri di atas (memimpin) adalah mereka-mereka yang punya kemampuan lebih, dan mampu bertahan lebih lama menjalani prosesnya. Perjalanan menuju puncak emang gak pernah semudah membalik telapak kaki *eeh tangan.. banyak rintangan, baik dari diri sendiri atau dari luar,bahkan dari orang-orang di bawah kita sekalipun. Semangad bisa hilang timbul kalo salah melihat persepsi masalah. kalo liat ke bawah seperti banyak orng yg mengkhawatirkan kita, tapi justru itu adalah waktu pembuktian diri. Kalo liat atas, semangadnya menjadi-jadi, tapi inget ada angin kenceng di atas sana... kalo udah di atas, kita mampu melihat berbagai masalah dari berbagai aspek, lebih luas, dan kita berada sebagai kontrol. tapi sekali lagi, angin semakin kenceng, kalo hujan,kita dulu yang terkena, kalo petir kita dulu yang kena. but is it nothing bagi mereka yang berjiwa leader.Mereka-meraka yang mampu memimpin patut di support setulus-tulusnya. Naaah kalo udah di atas, siapin mental buat turun lagi yaa. kalo bisa turunya dengan cara yang baik juga. sama baiknya dengan cara ketika kita memanjat. makanya jangan pernah lupa dengan mereka-mereka yang ad di bawah, skalipun kita turun, mereka akan menunggu kita di bawah dan menjaga kita jika nanti ada apa-apa. dan kita bisa kembali ke awal dengan penerimaan di lingkungan bahkan mungkin lebih di hargai karena pengalaman kita "memnjat". gimana? stujukaaan?

Rabu, 06 Juni 2012

And I'm Lose

Rasanya aku malu untuk mengangkat tangan dan berdoa dalam selesai sholatku. Rasanya ingin menutup muka, menunduk senunduknya hingga aku bersujud kepada-Mu hingga aku lemas tak berdaya. Untuk mengucapkan kata-kata saja aku tak mampu, terdiam, bisu, sampai aku mampu mendengar suara detak nadi ku, degup jantung pun ikut mencemaskanku, aliran darah terasa hingga mengalir ke ubun-ubun, membuat perkusi musik kehidupan yang dekat dengan kehinaan. Beginilah rasa maluku ya Allah. Aku malu memohon doa kepadamu. Aku malu meminta-minta (hanya) pada saat aku terpuruk. Aku tak pernah bersyukur menyadari tentang apa yangg telah kau berikan kepadaku. Pekerjaan, keluarga, sahabat, kebahagian, kesedihan dan semua isi alam-Mu. Aku tak pernah menyukuri tentang bumi mu, air, udara, matahari yang selalu menyinari. Aku tak pernah bersyukur dengan teman-temanku yang kau anugerahkan kecerdasan di setiap sel-sel otaknya. Aku tak pernah menyadari disekelilingku ada banyak orang yang membutuhkan, ada banyak orang mengharapkan dan mereka membutuhkan hidupku, hidupku...bukan kegagahanku dengan karir yang cemerlang. Tuhan, aku malu semalu malunya. Setelah ribuan anugerah yang kau berikan, aku masih (saja) meminta untuk hal yang mungkin itu tidak pas untuk ku. Sekalipun pada saat aku menulis ini sambil meneteskan airmata rasanya tak pantas aku mengadu dihadapan-Mu. Aku selalu mengeluh dengan hal tak sesuai dengan ku, padahal itu baik untuk ku. Sekian lama aku selalu menuruti nasihat dianiawiku, tak pernah aku melaksanakan perintah pencipta dunia ini. Tuhan, aku bersujud di depanmu tak kuasa meminta lagi. Aku bersujud hanyalah memohon ampun atas apa yang telah ku perbuat dan “menyakiti”-Mu. Aku tau kau bukan pendemdam, kau bukan pula pemarah... lebih dari kasih dan sayang kau berikan, sekalipun itu bagi umatmu yang telah “menyakiti”-Mu. Apapun yang terjadi saat ini, adalah karena ku tau Kau memperhatikanku, melihatku, menyayangiku. Ku tahu Kau mempersiapkanku untuk “tingkat” yang lebih baik. Kau menyangaiku dengan cara-Mu. Cara tak aku mengherti tapi aku meyakini kebaikan ini dan harus ku jalani. Tuhan peluklah aku yang membutuhkanmu. *menangis* And I'm Lose

Minggu, 17 Juli 2011

Are you sure you are comfortable..?

Sering banget gw denger orang-orang bilang “ gw mau keluar dari zona nyaman”. Menurut kalian apa sih yang di maksud zona nyaman or comfort zone? Setuju gak kalo gw bilang:
1. Punya banyak duit
2. Karier Bagus
3. Bisa beli apa aja yang kita mau
4. Hidup tenang aman dan nyaman
5. Gak punya banyak utang
6. And so on..

Nah lhoo.. coba bayangkan *bayangkan dulu* selam ini yang kalian lakukan apakah bukan untuk meraih itu semua? Truuuss kenapa bilang mau kluar dari comfort zone..
Dasar dudul..oon.. *agak kesel sih*

Salah satu temen gw bilang, kalo dia mau kluar dari comfort zone karena mau merasakan sesuatu yang baru, yang beda, sesuatu yang buat dia merasa berusaha lebih gigih dan terlihat terus bekerja keras.

Ouw ouw ouw…
Gw sedikit mengrenyitkan dahi..

Ini ni yang beda.. kalo menurut gw sih comfort zone bukan dibentuk dari lingkungan tapi justru dari diri kita sendiri. Kontradiktif bangetkan kalo selama ini apa yang kita lakukan dan hasilnya telah kita dapet malah kita bilang bukan itu yang kita cari.. alaaaamaaak… Tuhan juga bingung kali mau ngabulin atau gaknya…
Tapi ya itu lah sifatnya manusia lebih banyak alasannya kan dari pada mensyukuri…*gw juga gt siiih hehe..*

Kalo kita sudah berhasil dalam pencapaian, saatny kita membuat pencapaian baru yang lebih besar dan itu lahir dari sebuah pemikiran dengan usaha untuk mewujudkannya tanpa harus meninggalkan apa yang kita dapatkan sekarang. Semakin banyak kemampuan kita untuk ménage berbagai hal artinya semakin membuat kita mampu menghadapi hal hal besar dan rumit , semakin berfikir besar untuk menghadapi masalah dan menemukan solusi, semakin berani untuk memutuskan sesuatu dan tentunya semakin membuat “ tidak nyaman”.

Mungkin bisa gw contohin dari orang orang sekitar gw yang sekarang mereka punya usaha skaligus punya status karyawan di perusahaan gede. Wooow.. buat gw ini yang namanya pool.. Posisinya manager di salah satu pers swata. Mengenai fasilitas jangan di tanya lagi. Rumah dan mobil sudah diberi dari kantornya, gak nanggung nanggung diperumahan elit dan mobil mewah (gak boleh sebut merk ya..). Fasilitas kesehatan sekeluarga di tanggung kantor. Bonus? Hmm.. walau setaun sekali tapi bisa dapet berkali kali lipet. Istri satu (yang ketauan.. hehe) anak 2 masih SD. Coba kalian bayangkan kalo kalian berada di posisi itu.. masih berani bilang mau ninggalin posisi managernya? Mau cari sesuatu yg baru? Sesuatu yang beda? Atau nerima tawaran yg lebih tinggi lagi????? Tet tot.. waktunya habis buat ngebayangin…hehehe,,
Itu baru info tentang statusnya sebagai karyawaN, lalu bagaimana dengan status pengusahanya? Jangan di tanya dong. Punya pom bensin di 3 titik di jawa, punya sawah 12 hektar yang menghasilkan ton-tonan beras, kebun kopi, bisnis jamur, punya waralaba rumah makan “BD”.. baru itu yang gw tau…

Hmm.. pasti kalian kira itu hasil dari warisan ya… eiitss.. jgn salah dulu.. ini dia dapet dari hasil kerja kerasnya (katanya siiih) yuuu positive thinking.. tapi ini memang ada. This is time to thanksfull for god guys..

Nah.. ngertikan kenapa sekarang gw bilang kalo comfort zone itu bukan semata mata dari ligkungan? Tapi justru dari dalam diri kita. Buktinya temen gw bisa menjalankan 2 status skaligus. Lalu kenapa dia gak mau mencari kerjaan yang lebih baik dr satusnya sebagai karyawan? Masalahnya adalah waktu. Sejauh ini dia sudah mampu mengatur waktu antara kerjaan yg jauh telah dia mengerti dan usahanya pribadi.

So what do you think about comfort zone?

Rabu, 28 April 2010

"Ik was er gevangen..!"





Aku tidak pernah meluangkan sedikit waktuku untuk meginteprestasikan sebuah hukum sosial, terlebih lagi penjara beserta isi dan sistimnya. Sekedar info yang aku tahu bahwa hotel Jeruji merupakan tempat penyimpanan “sampah masyarakat” yang di paksa atau terpaksa harus membayar satu kamar akibat ulahnya sendiri. Tidak banyak fasilitas yang mereka dapatkan, hanya tikar sebagai alas tidur, Only that, tidak ada kasur, bantal, apalagi AC. Hotel Jeruji ini ternyata mampu menampung kurang dari 10 orang dalam satu kamarnya. waaw..!


Jelas..., ini merupakan kondisi yang sangat tidak nyaman. Seharusnya satu kamar penjara idealnya hanya dihuni oleh tiga sampai lima orang saja. Tetapi jangan salah, ternyata kekuasaan terbesar di penjara bukanlah pada kepala petugas, melainkan pada hepeng, artos, doek, piti, duit, uang, geld, money.. (sama aja artinya..hehe..) Bahkan bukan tidak mungkin jika uang yang membuat hukum itu sendiri. Siapa kaya, dia berkuasa dan dapat menikmati fasilitas lebih.


“ Tidak adil...!” Itu respon ketika aku berdiskusi dengan fikiranku tentang sebuah sistim hukum sosial. Alasan ini pula yang membuatku memutuskan untuk mengambil jurusan hukum di salah satu Universitas negri di Bandung.

Aku memaksa bapak tua yang duduk disampingku untuk membuka obrolam mengenai hukum dan ketatanegaraan di indonesia. Ya... untunglah beliau merespon ku dengan baik.

Dalam gerbong kereta tujuan Bandung itu, banyak hal baru yang aku dapatkan.


***

Bapak tua itu bernama Husein, rambutnya hitam dan tebal, matanya coklat, dan kulitnya putih bersih. Perjalananya menuju Bandung untuk memenuhi rasa rindu bersama keluarga tercinta. Tampak dari matanya sebuah kejujuran, ketulusan, bahkan kebahagian yang teramat sangat terpancar. Aku memulai ekspesiku dengan senyum yang olah-olah bahagia, ini untuk mengimbangi senyum pak Husein –sedikt memaksa sih...-.

Fikiranku selalu mengarahkan obrolah menuju pembahasan penjara. Menurutku ini menarik, sangat menarik, dan Pak Husein pun terperangkap dalam “penjara” yang aku maksud.

Benar saja yang kuduga, pengetahuannya mengenai hukum khususnya tempat “labuhan” terdakwa yang terbukti bersalah alias penjara, sangat diacungi jempol. Bahkan aku sempat curiga jika dia adalah petugas penjara. kecurigaan itu tak sempat aku tanya karena terlena dengan keseriusan penjelasan pak Husein.


***

“Sebuah kedudukan sosial justru lebih bermakna ketika semuanya terpisah. Bukankah kita lebih sering memaknai segala sesuatu ketika semuanya dibatasi atau bahkan pergi menghilang?” . Aku sempat berfikir sesaat tentang pernyataan Pak Husein tersebut.

Penjara tak selamanya harus digambarkan dengan aura heroic-nya. Di Indonesia, penjara masih dianggap tempat keji yang seolah-olah siapapun yang bermalam disana akan dikucilan dari masyarakat dimana tempat dia kembali jikalau bebas nanti.

Pak Husein begitu semangat menggambarkan kondisi penjara yang sama sekali tida pernah terfikir olehku. Bagaimana tidak, didalam lingkungan penjara, penghuni penjara diberi fasilitas seperti halnya tamu hotel. Mulai dari tempat tidur single bed, TV, Kulkas, Microwave dan beberapa fasilitas lainnya. Penghuni penjara dapat memilih menu makanan kesukaan sesuai dengan permintaan mereka, bahkan setiap orang yang bukan berasal dari negeri Bleanda dapat memesan makanan khas negara mereka masing-masing. Kesibukan para “tamu” hotel Pledeo ini setiap harinya di mulai dengan aktifitas olahraga; bermain bola, tenis meja, basket, dan fitnes. Intimidasi seperti layaknya penjara sama sekali tidak ada. Setiap penghuni tidak diharuskan bekerja untuk menghasilkan sebuah karya atau kerajinan tangan. Setiap bulannya pemerintah setempat mendatangkan dokter ke lingkungan penjara untuk dilakukan check-up kepada seluruh penghuni, dan itu artinya kesehatan mereka dijamin. Sama halnya dengan kesehatan, pemerintah setempat menyediakan pengacara gratis kepada setiap orang terpidana karena mereka berhak mendapat perlindungan hukum.

sumber: www.rnw.nl

Dimanakah penjara itu?

Tidak ada yang menyangka bahwa penjara yang dimaksud berada di Negeri Belanda. Waaw..! its Unbelievable, but it’s real.. Sampai saat ini, penjara Belanda akan mengurangi jumlahnya. Sekitar 4000 sel bahkan dalam kondisi kosong dan sejak setahun lalu empat rumah penjara ditutup. Penyebabnya adalah

karena tingkat kriminalisasi di Belanda semakin menurun dan atau ada beberapa aturan hukuman yang dialihkan.

Mengapa Belanda melakukan ini?

Setiap negara mempunyai aturan dan cara penegakan hulkum masing-masing. Belanda dikenal dengan negara yang sangan menghargai Hak Azasi Manusia. Bahkan dinegara ini melegalkan beberapa perlakuan yang mungkin tidak lazim bila diterapkan dibeberapa negara lainnya. Bukan berati karena alasan inilah

ruang pelanggaran hukum di Belanda semakin sempit. Tetapi menurutku, karena Belanda berusaha untuk memanusiakan manusia. Membuat sesorang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Disamping itu banyak faktor yang menyebabkan kemanan dan ketentraman di Belanda, seperti halnya pendidikan dengan kualitas kelas satu, ekonomi belanda yang stabil, dan budaya masyarakat Belanda.

Itu menurut ku.

Tapi menurut cerita Pak Husein, berkurangnya jumlah terpidana, berdasarkan Fred Teeven (jurist), akibat perubahan hukum pada tahun 2001. Berdasarkan perubahan tersebut, hukuman pengganti, untuk kali pertama, dianggap setara dengan hukuman penjara. Menurut sistem reklasering Belanda, hukuman pengganti adalah "pekerjaan berguna tanpa bayaran" dan/atau pelatihan, dengan tujuan mengubah tabi'at.

Hingga tahun 2001, hukuman pengganti hanya diberikan atas permintaan terpidana. Hanya bagi terpidana pelanggaran ringan. Sekarang tidak ada batasan jenis kejahatan bagi hukuman pengganti. Hanya ada batasan, hukuman pengganti tidak boleh lebih dari 480 jam. Dan lama hukuman pengganti tidak boleh lebih dari setengah berat hukuman. Patokannya, 480 jam hukuman pengganti, dinilai setara dengan hukuman penjara delapan bulan. Ini benar-benar refomasi hukum yang luar biasa.

Bertambah sudah alasanku tertarik untuk menuntut ilmu di jurusan Hukum. Ini luar biasa. Jika kita bandingkan dengan kondisi penjara di Indonesia, tepatnya penjara Sukamiskin, Bandung, justru bagaikan langit dan bumi. Kesamaanya adalah penjara sukamiskin di rancang oleh arsitek kenamaan Belanda yaitu Prof C.P Wolff Schoemaker pada tahun 1918. Sekilas, mungkin penjara ini mirip dengan penjara Alcatraz, sebuah penjara di tengah Teluk San Fransisco, California, Amerika Serikat. Tetapi semakin lama semakin memburuk pula keadaan fasilitas dan sistem petugasnya.


Jakarta-Bandung benar-benar perjalanan yang menambah motivasiku untuk terus mengungkapkan kesungguhanku melakukan “investigasi” ilmu hukum. Empat jam tidak sia-sia. Dan itu artinya kereta telah sampai ditujuan. Aku mengucapkan terima kasih sembari senyum dan jabat tangan dengan Pak Husein. Sosok beliau luar biasa karena pengetahuan ilmu hukumnya.

Ketika perpisahan di gerbong kereta api, ku lihat Keluarga Pak Husen yang menghampiri dengan senyum rindunya yang sangat bahagia. Dari obrolan mereka, barulah ku tahu bahwa ternyata Pak Husen adalah residivis yang pernah di tahan di Belanda karena urusan Imigrasi yang tak kunjung dapat di selesaikan oleh Kedutaan Indonesia di Belanda, Sehingga pemerintah Belanda memutuskan Pak Husein tidak berhak untuk menikmati fasilitras Hotel Pledeo-nya lagi.


Aku ingat Pesan Pak Husein sebelum mengakhiri pembicaraan “penjara” kami.

“Menjadikan diri kita terjebak dalam kewajaran untuk dikenal, merupakan suatu proses kerelaan dan ketelanjuran yang tidak dipahami dan hanya dinikmati. ketahuilah bahwa keberhasilan yang tidak dimengerti prosesnya tidak akan bernilai dibandingkan kekalahan yang diengerti sebabnya. jika hari ini kita kalah, maka sebenarnya itu kemenangan untuk sebuah perjalanan proses kewajaran untuk menjadi dikenal. Dan jika menang, maka ketahuilah sesungguhnya kita belum mengenal diri kita sesungguhnya”

Senyumku membuat sugesti semangat dalam diriku, pernyataan itu benar-benar membuat fokus ber-investigation hukum semakin besar. Terbayang olehku untuk dapat mengunjungi Hotel Pledeo bintang lima di Belanda. Sambil tertawa geli, aku berbisik “ Ik was er gevangen...” yang artinya "penjarakan aku disana..!"hehe...

Senin, 27 April 2009

Dua jam di Merah, Putih, Biru




Sudah kebayang di otak awak bagaimana rupa negeri Belanda tu. Macam mimpi saja bisa sekolah disana, beasiswa pula, wah wah wah..


kalo dipikir pikir siapalah awak ni, dari Bengkulu, daerah dusun, jauuuuuuhhhhh nian dari kota Bengkulu, enam jam bro...(heheh...gaul dikit lah...) tapi rupanya bukan penghalang untuk bisa sekolah di Belanda, dak (dak= tak) sia-sia tiap malam nongkrong di kantor sebelah rumah, nungguin biar bisa main internet gratis sambil cari beasiswa, maklum office boy nya kawan akrab awak..hehehe..


“Lepo..!! pesawat udah nak (nak = mau) berangkat, cepat la siap-siap” (Lepo tu nama awak, kepanjangannya Lepo Pisquare heheh keren kan...) kawan-kawan awak teriak rupanya... terlalu asik melamun jadi sampai dak sadar kalo sudah nak berangkat..

waduh,,, Sekampung ngantarin awak, macam dak balik lagi ke dusun, tapi maklumlah jarang-jarang kan macam ni...


“lima, empat, tiga, dua, satu...” buzzz.....pesawat mulai take off ...awak hitung lah dalam hati... sedih juga ninggalin sanak keluarga, awak pun teringat almarhum bapak, ini cita-cita belau ingin menyekolahkan S2, dak di luar negeri juga sih....ibuk ditinggal sendiri...:((

“ semoga apa yang awak lakukan ni mampu memberikan manfaat bagi awak dan sanak kluarga ya allah..” itulah doa awak di pesawat sebelum pesawat mengudara, ce’ile....


Sebelum berangkat, awak teringat lagi masa-masa berburu beasiswa dulu...rupanya tak segampang seperti yang awak kira. Harus ada pengorbanan juga, mulai dari waku, duit, tenaga, tes sana sini, apalagi awak ni jauh tinggal di Bengkulu, berapa habis biaya bolak balik Jakarta Bengkulu, untunglah masih ada tabungan hasil dari jual tanah sebelumnya hehehe...


Belum lagi harus pergi ke Kedubes Belanda minta legalisasi untuk tempat tinggal, karena isunya di Belanda itu agak rumit untuk ngurusin izin tinggal. Awak kasi tau ya, kalo kita pakai paspor hijau, siapkanlah fiskal di airport nanti. Jangan sampai paspor yang di bawa sudah nak habis, harus hati-hati nian. Nah, yang harus diperhatikan juga adalah exit permit. Jangan sampai berangkat lewat exit permit, kalo terlewat harus di perpanjang tu.


Mmhh... heran sih di Belanda, terkenal aneh dan rumit untuk proses pengurusan visa masuk dan visa tinggal. Kita diwajibkan punya kutipan akte kelahiran terbaru ( oya ,,,salah satu solusi yang agak nakal yaitu peke trik kalo akte kelahiran kita hilang, terus minta surat keterangan hilang dari kepolisian dan barulah kita bisa buat kutipan akte kelahiran yang baru). Kalo yang di maksud terbaru disini tu, dak lebih lama dari 5 tahun. Nah kutipan akte kelahiran tu wajib di tanda tangani kepala kantor catatan sipil, harus kepala kantor catatan sipil...ingat tu...!!!. Terus...kutipan akte kelahiran wajib dilegalisir lagi di tiga tempat yaitu di Dep Hum & HAM, Departemen Luar Negeri, dan pastinya Kedutaan Besar Belanda. Sebelumnya kutipan akte kelahiran harus di terjemahkan dalam Bahasa Belanda, bisa pake biro jasa juga sih...tapi ya a itu agak mahal memang... Mau tahu dak apa gunanya tu..??? nanti setelah sampai di Belanda, digunakan buat daftar residence permit di gementee (kota madya) di Belanda sana.


“Brok bok bok bok....” terkejut awak,,, rupanya dak sadar pesawat sudah landding di bandara internasional Soekarno Hatta. Maklum pilotnya dapat “SIM tembak” adi suaranya macam tembakan juga hehehehe...Rupanya sebentar nian ke jakarta ni..satu jam udah sampai. Tapi tetap saja awak dak tau jakarta.


Awak coba hubungi bapak Ramzi. Beliau ni yang mengkoordinir penerima beasisawa.

Haah...tu dia rupanya..!! udah nunggu pake papan nama macam orang nak demo..

Akhirnya ketemu juga. Di Jakarta awak dan kawan-kawan yang lain harus menginap tiga hari, ngumpul sama penerima beasiswa yang lainnya.


Dak terasa sudah nungguin pesawat ke Belanda...,di cengkareng, airport internasional pula, wah wah wah...

semakin gemetar hati awak, macam-macam aja rasanya.

“excuse me.. your seat belt please..” pramugari bule rupanya yang ngajak bicara.


alamak tak sadar lagi awak ni, udah di atas pesawat...! pesawatnya lebih besar dari pesatwat yang awak naik dari Bengkulu. huuufff..lelah juga ternyata.

Perjalanan yang cukup berat, menjauh dari kehidupan biasa, harus menyesuaikan diri lagi, yaah... mudah-mudahan bisa dilewati.

Akhirnya pesawat landing di Airport Belanda. Uwihhh... mantab nian bandaranya. huuuh..keren banget cuy...(ehehehehe..)


Setelah sampai, kita semua harus berkumpul dulu untuk ngurusin semua surat-surat ijin tinggal atau apalah namanya di Kedubes Indonesia, nah setelah tu baru kita bisa tinggal dengan tenang. waktu itu awak tinggal dengan senior, dia kakak tingkat Teknik Sipil di UNIB (Universitas Bengkulu), satu almamater waktu S1, jadi agak lebih mudah, lebih tenang lah..hehe...


Namanya Dang Sapri (Dang= panggilan untuk orang yang lebih tua atau kakak perempuan/laki-laki di Bengkulu) udah satu tahun di Belanda, dia juga mengambil gelar master di salah satu kampus di Belanda. Hari-hari awak sebelum masuk kuliah selalu dikasih petua-petua oleh Dang Sapri. Mulai dari kebiasaan, budaya, cara bicara, sikap sopan, sikap dak sopan, mmmhh...banyak lagi pokoknya...


Dang bilang, kalo di Belanda kodusif ekonominya. Ekonomi Belanda relatif stabil, maju, dan terbuka, yang anehnya lagi bahwa pemerintah setempat meminimalisasikan peranannya di bidang ekonomi...wiee...klo di indonesia gimana ya...???. Terus kata Dang Sapri, kalo di Belanda ni mata pencarian sebagai petani kurang dari 4%, tapi hebatnya lagi Belada mampu menghasilkan kelebihan dalam industri makanan untuk diekspor..wah..wah..wah... bukan dari bidang makanan aja tuh, tapi dari bidang pemrosesan makanan, bahan kimia, pemrosesan minyak, dan pembuatan mesin listrik. Belanda pun menduduki urutan ketiga dalam daftar pengekspor makanan, setelah Amerika Serikat dan Perancis. Hebat lah...sempat awak melamun, andaikan dusun awak macam ni..tentram nian rasanya hidup...(hikz..hikz...ngarep) duit lancar, dak banyak pengangguran mungkin... Nah ternyata Sebagai negara perintis Euro, Belanda menggantikan mata uang lamanya, gulden, pada 1 Januari 2002.


Asyik juga ya kalo punya kawan yang sudah lama tinggal di Belanda banyak informasi yang awak terima. Tiap hari Dang Sapri selalu cerita tentang kehidupannya di belanda.

Kali ini dia cerita tentang budaya dan kebiasaan masyarakat setempat. Wahh.. penting ni buat awak, jangan sampai kalo punya kawan nanti awak salah sikap.


Orang Belanda rupanya punya jiwa seni yang tinggi. Ingat dak pelukis-pelukis terkenal Belanda dari abad-abad sebelumnya seperti Rembrandt van Rijn, Johannes Vermeer, Jan Steen dan lain-lain yang terlahir pada abad ke 17. Vincent van Gogh dan Piet Mondriaan selain M.C. Escher pada abad ke 19 dan 20. Pokoknya dak sangka kalo Belanda punya aura seni yang tinggi.


Setiap Dang Sapri cerita tentang kehidupan di Belanda, awak pun selalu ngebandingi dengan dusun awak....sebagai putra daerah sudah barang tentu ingin memajukan daerah tempat awak lahir dan dibesarkan..betul dak tu....!?


Rasanya lama juga menunggu waktu untuk masuk kuliah, udah empat hari awak menunggu...

tiap hari awak slalu dengar cerita Dang Sapri, kalo cerita selalu semangat ’45, macam pejuang indonesia saja yang nak tempur, sampai-sampai kalo awak dengar cerita didepan mukanya, kena lah muka ni basah macam habis wudhu aja...hahahaha.. sakit perut awak kalo ingat muka Dang Sapri (^_^)....piss dang...


Tapi awak heran, kenapa Dang Sapri ni dak cerita tentang kehidupan kampus Universitas Teknologi Delft yang akan awak masuki nanti, karena penasaran awak tanya lah bagaimana kehidupan kampus awak nanti. Kebetulan Dang Sapri ni satu kampus, satu jurusan, tapi beda sub jurusan... Kalo Dang Sapri ambil jurusan Transport Infrastruktur tapi kalo awak ambil Offshore Engineering. Di Universitas Teknpologi Delft ada empat sub jurusan di jurusan Civil Engineering and Geosciences, yaitu Applied Earth Sciences, Civil Geomatics, Offshore Engineering, dan Transport, Infrastructure.


Yaa... memang sih, kalo mau ambil sipil air atau sipil basah katanya Belanda negara yang tepat. Ini karena Belanda mempunyai permukaan tanahnya sangat rata. Hampir separuh daripada negara Belanda berada kurang 1 meter dpl (diatas permukaan laut). Walaupun demikian, provinsi Limburg, yang berada di bagian tengara negeri Belanda, sedikit berbukit. Permukaan tertinggi ialah Vaalserberg, yang berada di provinsi Limburg, mempunyai ketinggian 321 m. Permukaan yang terendah ialah Nieuwerkerk aan den IJssel, yang berada 6.76 m dibawah permukaan laut. Banyak tanah rendah dikawal oleh dijk dan dinding laut. Sebagian kawasan di Belanda, misalnya daerah Flevoland, mesti direklamasi. Kawasan yang direklamasi itu dipanggil polder.


Salah satu konstruksi yang terkenal ialah "Afsluitdijk" (Penutup Tanggul), yang memisahkan danau IJssel (IJsselmeer, dulunya disebut laut Zuider atau Zuiderzee) dengan laut Wadden (Waddenzee). Panjang dari tanggul ini 32 km dan lebarnya 90 m.


Karena alasan inilah pengetahuan tentang infrastruktur dan struktur air di Belanda sangat maju, jadi wajar lah kalo para akademisi Belanda lembih tertarik untuk mencari solusi ilmu pengetahuan di bidang air, secara gitu loh...


Nah sekarang awak nak cerita tentang kampus awak, Universitas Teknologi Delft. Yaah...dak terlalu jauh lah dari tempat tinggal. Meskipun mayoritas universitas dan fakultas-fakultas di Belanda memiliki kelas internasional dan perkuliahan dilangsungkan pakai bahasa Inggris, dan meskipun 80% orang Belanda bisa berbahasa Inggris dengan baik, dak ada salahnya kalau awak belajar bahasa Belanda, paling dak akan memudahkan kita saat di Belanda nanti dalam membaca semua papan jalan, tanda lalu lintas, nama tempat dll. Lagipula, orang Belanda akan lebih appreciate dengan orang asing yang rela susah payah belajar bahasa Belanda, begitulah kata Dang Sapri.


Kampus ni rupanya kampus teknik terbesar di belanda, udah tua pula umurnya. mmmhhh... kalo sistem belajar di kampus ni sebenarnya sama saja seperti di indonesia, menggunakan SKS (Sistem Kredit Semester) cuma namanya aja yang beda yaitu European Credit Transfer System (ECTS). Gelarnya pun Msc untuk Master...Kalo nanti dibelakang nama awak udah ditambah Msc, dak tebayang macamana rasa hati ni, hehehe... Daerah ni adalah daerah yang paling favorit bagi mahasisawa disana, apalagi kalo musim salju. Tengoklah gambar di samping ni. Wiee..keren kan.. !

Banyak mahasiswa menghabiskan waktu buat bercengkrama bersama pasangan, ada pula yang diskusi materi kuliah dibawah pohon-pohon, yang hanya tengok-tengok pun ada.

Walaupun belum masuk Kuliah, awak dengan Dang Sapri sudah pernah masuk kampus tu, sekedar ingin tahu lah “medan tempurnya” macam apa.

Mengenai fasilitas kampusnya, mmmhhh..dak usah diragukan lagi. Lengkap sudah, mulai dari laboratorium, perpustakaan, kantin, ruang belajar, toilet, sampai fasilitas untuk mahasiswa melepas penat pun ada.

Dak terasa ternyata besok adalah hari dimana awak mulai kuliah. Semua persiapan sudah awak lakukan, besok tinggal berangkat saja.

Mmhhh...pagi yang cerah. Rupanya Dang Sapri pun sudah bangun untuk melaksanakan Sholat subuh, begitu juga dengan awak....perasaan awak pun semakin gundah, sungguh menenggangkan padahal semua perlengkapan sudah awak siapkan. tapi kenapa perasaan awak ni seperti selalu saja ada yang memanggil, gundah, ragu, seolah-olah ada perempuan mengajak awak pergi. Suaranya seperti suara perempuan yang awak kenal, seperti suara pacar awak, hehehe...

mmhh..dak tahu lah...mudah-mudahan itu bukan pertanda buruk.


Karena kebetulan Dang Sapri pada hari itu ada kuliah juga, maka kami pun berangkat bersama. Jalan kaki saja, seperti yang pernah awak ceritakan, kampus kami dak terlalu jauh dari tempat kami tinggal.

Rupanaya ramai juga yaa...maklum sebelumnya awak tak pernah keluar rumah kalo pagi hari. Semua jalan di padati oleh pejalan kaki yang ingin beraktifitas. Ada juga yang menggunakan kendaraan. Mulai dari pegawai kantor, buruh, pedagang, sampai masih ada segerombolan anak muda yang nongkrong di trotoar.


sangking ramainya, lama-lama awak tak sadar kalo sudah berpisah dengan Dang Sapri. Suasana panik memenuhi pikiran awak. sebenarnya awak tahu jalan menuju kampus tu, tapi ntah kenapa awak merasa perlu kawan untuk menemani...

pikiran awak pun selalu dibayang-bayangi dengan suara perempuan, yang awak kira itu pacar awak. Macam pusing kepala awak ni...


“aarrgghh...kenapa seperti ni.? pusing kepala awak, mana dang Sapri..?” sunyi, senyap, awak pun tak sadarkan diri lagi. Alamak, dihari pertama kuliah, awak jatuh pingsan dak sadarkan diri.


Perlahan awak tengok sekeliling, kenapa semua berwarna putih, ada suster, dokter. mmhhh...rupanya awak sudah di rumah sakit. Asal tahu saja ya, dokter disana sangat susah untuk memberikan obat, kecuali keadaan pasien sudah mengeluarkan darah, penangananya jauh lebih natural dengan high technology...sembuh dak ya awak disini nanti... (hehehe takut juga sih)


Siapa sangka hari itu hari yang paling buat awak senang, yaitu keluarga awak ada di rumah sakit. Ibuk, kakak, adik, sanak keluarga. Awak pun terjkejut...tanpa merasakan sakit sedikit pun awak peluk ibuk, terus adik awak, dan kakak awak, tak lupa pula kekasih...hehehe... alamak...dak disangka ternyata mereka hadir juga di Belanda.


Tapi lama kelamaan awak heran, kenapa mereka terkejut ketika awak peluk, mereka terdiam, mereka bingung, mereka bertanya “kenapa kau ni...??” haah..awak pun juga bingung mengapa mereka berkata seperti itu.


“Dari tadi dibangunin dak juga bangun, sekarang udah bangun kau macam orang stress pula...” begitu kata ibuk awak.

ya allah.... kejadian apa ni...? awak berlari keluar, tampak kandang ayam adik awak disana, awak lihat jemuran yang baru tadi siang awak jemur, warung tua punya ibuk awak, motor honda ’70-an...


apaaaaaaaaaa........alamak...rupanya bunga tidur semua yang awak alami tadi...,sudah magrib ternyata, dua jam awak tidur, sudah bisa tengok rupa negri Belanda tu...

jadi, suara perempuan yang awak dengar tu adalah suara ibuk awak, suara pacar awak...hahahahaaa.....


Tapi satu janji awak adalah mewujudkan mimpi dan impian awak untuk tetap mendapatkan beasiswa di Belanda...Sebab kata Giring “ mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia...”

Artinya awak pun harus tetap nongkrong di kantor sebelah sambil mengakses internet gratis mencari info beasiswa, Dang Sapri tunggu awaaaak (padahal Dang Sapri cuma ada di mimpi) ....hahaha....caiyo...!!!!